Waspadalah: Gerakan Hati Yang Samar !!
Kaum muslimin sekalian, dikisahkan ada seseorang yang kebiasaannya selalu sholat jamaah di shof pertama. Selama tenggang waktu yang lama ia menyangka bahwa dia telah berbuat ikhlas dalam ibadah dan telah menjalankan perintah untuk berlomba-lomba berada di shof pertama. Namun suatu saat, ia mengerjakan sholat jamaah akan tetapi tidak berada di shof pertama. Maka merasa malu ketika itu. Yang sangat aneh, perasaan malu itu timbul terhadap orang-orang sekitar dan bukan kepada Alloh. Hal tersebut karena ia terbiasa di shof pertama dan orang-orang menyaksikannya, kemudian baru kali ini ia sholat bukan di shof pertama dan orang-orangpun menyaksikannya. Kaum muslimin sekalian, seharusnya jika memang niatnya lurus, maka ia tidak akan malu kepada manusia, karena sholat dan memilih shof pertama bukanlah ditujukan untuk manusia, tetapi untuk pencipta manusia, yaitu Alloh Ta'ala. Maka sadarlah sekarang bahwa sholatnya yang berada di shof pertama selama ini bukan karena Alloh, tetapi karena pandangan orang-orang.
Maka sadarilah wahai kaum muslimin, salah satu penyakit hati yang berbahaya adalah riya'. Karena riya' bukanlah penyakit zhohir yang bisa terdeteksi dengan alat kedokteran, namun riya amat tersamar. Maka kita juga dapat mengambil permisalan lain, apabila ketika seseorang terbiasa beramal memberikan infak/sedekah dan ia merasa telah ikhlas, namun di kemudian hari ia tidak berinfak dan orang-orang melihat lalu ia malu, maka itu adalah salah satu tanda agar orang tersebut harus lebih memperhatikan dan mengatur hatinya.
Ikhlas Adalah Syarat Diterimanya Amal
Para pembaca sekalian, hakekat tauhid adalah keikhlasan kepada Alloh Ta'ala. Adapun yang menjadi lawan dari ikhlas adalah riya'. Secara tidak sadar seseorang bisa saja melakukan amalan karena kita ingin diperhatikan orang lain. Padahal hal tersebut adalah kesia-siaan karena amalan tersebut dilakukan karena riya'. Riya' adalah memperlihatkan amalan agar mendapatkan pujian, termasuk di dalamnya adalah memperdengarkan amalan agar mendapatkan pujian. Padahal Alloh hanya menerima suatu amalan yang memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba' (sesuai tuntunan Rosululloh sholallohu 'alaihi wassalam). Kedua syarat tersebut harus terpenuhi, tidak boleh terpisah satu sama lain.
Alloh berfirman yang artinya, "…Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al Kahfi: 110). Inilah salah satu dalil bahwa ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amal. Maka barang siapa yang takut akan hari ia bertemu dengan Alloh dan siapa saja yang sangat mengharapkan rahmat dari Alloh, maka ia harus memurnikan seluruh amal ibadah hanya kepada Alloh dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shollallohu'alaihi wa sallam dalam seluruh ibadah. Alloh juga berfirman yang artinya, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus." (Al Bayyinah: 5)
Nabi Memperingatkan Sahabatnya dari Bahaya Riya
Suatu ketika Rosululloh berkata kepada para sahabatnya, "Maukah engkau kuberitahukan tentang sesuatu yang lebih kutakutkan daripada Al Masih Ad Dajjal?" Para sahabat menjawab, "Ya". Rosululloh bersabda, "Itu adalah syirik yang samar. Yaitu seseorang sholat kemudian memperbagus sholatnya karena dilihat orang lain." (HR. Ahmad. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
Kaum muslimin sekalian, di antara bentuk kasih sayang beliau terhadap umatnya ialah memperingatkan umat ini dari segala bentuk fitnah. Adapun fitnah terbesar sepanjang masa di atas muka bumi ini ialah fitnah Dajjal. Akan tetapi fitnah syirik yang samar ini lebih beliau takutkan menimpa umatnya daripada fitnah dajjal. Fitnah dajjal ini akan muncul di akhir zaman kelak ketika Kiamat sudah sangat dekat. Hal ini karena memurnikan ibadah hanya kepada Alloh bukanlah pekerjaan enteng. Apalagi jika berkenaan dengan hati, yang pada asalnya hati manusia selalu berbolak-balik. Dan Syirik Khofi ini letaknya ada di dalam hati.
Kaum muslimin sekalian, jika nabi saja takut jika syirik ini menimpa para sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini, maka orang-orang sesudah sahabat lebih dikhawatirkan terjerumus dalam syirik ini. Sungguh sangat aneh jika ada orang yang menyangka dan yakin seratus persen bahwa ia pasti bebas dari riya. Wal 'iyadzu billah.
Rasulullah shollallohu'alaihi wa sallam bersabda, "Alloh berfirman yang artinya: "Aku adalah Zat yang tidak memerlukan sekutu. Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu amal yang dicampuri perbuatan syirik dengan-Ku, maka aku tinggalkan dia dan (tidak aku terima) amal syiriknya itu." (HR. Muslim)
Macam-Macam Riya'
Riya' dibagi menjadi dua macam:
Pertama. Riya'nya munafik, yaitu riya' yang sebagian besar atau seluruh amalnya ditujukan untuk manusia. Hukumnya adalah Syirik Akbar.
Kedua: Riya’nya mukmin, yaitu orang mukmin yang sebagian kecil amalnya ditujukan untuk manusia. Hukumnya Syirik Ashghar.
Bentuk-Bentuk Riya'
Untuk mencapai tujuanya ahli riya' menggunakan banyak jalan diantaranya:
- Dengan tampilan fisik, yaitu seperti menampilkan fisik yang lemah lagi pucat dan suara yang sangat lemah agar dianggap sebagai orang yang sangat takut akhirat, atau rajin berpuasa.
- Dengan penampilan, yaitu seperti membiarkan bekas sujud di dahi dan pakaian yang seadanya agar tampil seperti ahli tasawuf.
- Dengan perkataan, yaitu seperti banyak memberikan nasihat dan sebagainya.
- Dengan amal, yaitu seperti memperlama rukuk dan sujud ketika shalat agar tampak khusu' dan lain-lain.
Nasib Ibadah Yang Tercampur Riya'
Amal ibadah tercampur dengan riya’ hukumnya sebagai berikut:
- Apabila pendorong amal adalah murni karena riya', maka ibadah tersebut batal dan berdosa.
- Apabila tujuan ibadah untuk Alloh akan tetapi kemasukan riya’ maka ibadah tersebut sah dan berpahala akan tetapi juga berdosa sekadar tambahan riya’nya.
- Apabila merasa senang jika dipuji setelah selesai beribadah maka tidak berpengaruh kepada pahala ibadahnya.
- Apabila menceritakan ibadah yang telah dikerjakan dengan maksud mendapat pujian maka bisa menghapus pahala ibadahnya.
Pengobatan Riya'
Untuk menghilangkan riya' maka dapat ditempuh cara-cara berikut ini, yaitu:
- Memahami macam-macam tauhid dan memurnikannya dengan beribadah kepada Alloh atas dasar pemahaman terhadap asma' dan sifat-Nya.
- Meyakini dengan sebenarnya bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. Seorang hamba tidak berhak meminta kompensasi dalam pengabdiannya kepada Tuhannya.
- Senantiasa memperhatikan nikmat karunia dan taufik Alloh kepadanya. Semua yang terjadi pada dirinya adalah murni dari Alloh bukan merupakan daya dan kekuatannya.
- Senantiasa ingat terhadap dosa dan kemaksiatannya. Sadar bahwa amalnya sangat sedikit dan tidak bersih.
- Takut terhadap murka Alloh.
- Memperbanyak ibadah secara sembunyi-sembunyi.
- Mengingat kematian adzab kubur dan bencana di hari kiamat.
- Memahami riya’ dan celah-celah masuknya riya’.
- Ingat dampak jelek riya’ di dunia dan akhirat.
- Berdo'a kepada Alloh agar dibebaskan dari riya’.
***
Tingkat pembahasan: Dasar
Penulis: Abu Sulaiman Syarif Mustaqim
No comments:
Post a Comment